Diskusi Biru

apa-apa untuk siapa saja, selalu dari sang Nona :)

17 Februari 2019

Usai Senja




     Tangan menggapai angkasa pada kehampaan nelangsa. Senja yang dinanti tak kunjung tiba. ‘Sudahlah nona, berhenti menunggu di situ, kamu harus berjalan lagi!’ Tiap netra yang saya temui berkata begitu. Agar tak berujung pengorbanan yang menyakitkan. Saya yang berkorban? Pada siapa? Waktu yang terus bergulir dekatkan pada lukisan cakrawala atau malah waktu yang kerap menjauhkan? Saya kira tak ada yang sia-sia dibalik hari berwarna penuh makna. Ingatkan saya lagi pada satu masa usai senja. Titik temu itu seolah terasa sejengkal lebih dekat dengan kita. Saya pikir harus berwarna; namun teriring derap langkah dan hembusan napasmu, adalah pendar cahaya pada lentera minyak dalam gulita di tengah rawa. Terdengar seperti kita melangkah di tengah jelaga menyusuri bibir pantai sambil sesekali berkejaran dengan ombak kecil. Melirik pantulan cahaya rembulan dan satu bintang. Andai detik dapat kita hentikan, untuk hanya kita hidup dalam detakan detik yang kita rasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar