Diskusi Biru

apa-apa untuk siapa saja, selalu dari sang Nona :)

10 September 2018

“ Ragu “


Kau memintaku untuk selalu menjaga hatiku, agar tak ada sosok lain yang mampu mengisinya. Bersusah payah kulakukan itu, namun sebuah kata tak terduga berbisik halus di telinga. Dia ragu. Satu kata yang membuatku berpikir ribuan kali banyaknya, duduk berlama-lama di bawah pohon hanya bertemankan alunan indi melankolia. Yang membawaku terhanyut pada aksaramu yang mengalir deras hingga ke bagian ujung tebing dan menghempaskannya begitu saja, ciptakan cipratan yang menyentak dan membangunkanku menuju realita. Alangkah ingin kupahami dirimu. Ikut menyelam ke dalam frasa di sudut senja yang seringkali membuatku merasa berdiri di tengah semu dan kenyataan. Lalu apa namanya? Bukankah itu hanya sekadar fatamorgana? Ingin kugapai dirimu. Genggam tanganmu dan ikut berjalan, menapak tanah di bawah naungan langit biru yang satu. Pun berkali-kali kau ingatkan aku untuk tak peduli pada apapun itu dan hanya yakini diriku, mohon maaf saja, aku sungguh tak bisa. Aku senang, sungguh. Namun, bagaimana perihal asa di ujung masa? Jikalau aku tak lagi ada untuk kau mengasa dan menjadi tempatmu kembali pulang, apalah dayamu? Mungkin satu-satunya cara terampuh adalah dengan berdoa, selalu meminta kepada Yang Maha Kuasa. Namun, lagi, berkali-kali, dia ragu. Satu kata yang terus mengisi relung hati merambat ke jiwa ini. Aku tak bisa melakukan hal persis seperti yang kau lakukan padaku. Saling memahami? Kau seolah rumus baru yang kupelajari mati-matian agar dapat nilai sempurna. Yang buatku meneguk bergelas kopi di kala fajar dan senja supaya tetap terjaga dan terus memahaminya. Aku bukanlah seperti tokoh fiksi dalam novel romansa, bukan pula ilmuwan atau pujangga. Aku hanyalah sekeping pilu tergores biru yang dibalut oleh ragu-ragu.

                                 — Jogja, 14:45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar