“Apa kamu pernah merindukan dirimu sendiri?”
Jawaban:
a. Biasa aja
b. Pernah
c. Tidak pernah
d. Samasekali tidak
a. Biasa aja
b. Pernah
c. Tidak pernah
d. Samasekali tidak
Pertanyaan ini, untuk semuanya, bukan? Kalau memang iya, saya yakin semuanya akan berusaha mencari kepastian dalam sebuah jawaban. Berpikir keras pula gimana cara mencarinya.
Merindukan orang lain mungkin gampang. Segampang membalik telapak tangan. Segampang berkedip. Atau bisa jadi ga segampang itu, ferguso. Seperti bertemu teman lama yang peluknya ga bisa kamu tahan untuk dibalas dengan erat. Lainnya, seperti berusaha akur sama saudara sendiri walau cuma untuk sehari. Iya, ga gampang alias sulit. Sesulit itu.
Tapi, pernah ga sih rasanya rindu sama dirimu sendiri?
Yang ini seperti berusaha mengulurkan tangan pada seseorang yang tenggelam di danau, padahal itu adalah pantulan dirimu sendiri.
Ada beberapa hal yang ga kamu ketahui tentang kamu dan orang lain. Belum, tepatnya. Dan akan segera diketahui jika kamu lebih dulu menemukannya.
Apa yang kamu sukai di dunia ini? Apa itu maksudnya apa? Apakah sesuatu yang umum atau khusus? Apakah harus apa, atau bisa jadi bagaimana? Tentang sebuah hal, benda … sebenarnya apa??!
“In a world where you can open any door,
first of all, choose to open the door of your heart.”
— Alexandra Vasiliu
Kenali dirimu sendiri.
Sudah kenal belum, dengan diri sendiri?
“Ya tau dong!”. Hohoo tentu ga begitu cara kerjanya. Bukan perihal mengetahui, tetapi mengenal. Sesimpel kamu tau siapa itu Raisa, penyanyi cantik yang juga istri dari aktor tampan Hamish Daud. Tapi, kamu ga kenal dia, kan? Bagaimana sifatnya, karakteristiknya, yang di depan dan di balik layar pun bisa aja bertolakbelakang. Kamu ga kenal, sekadar tau aja.
Saya yakin, kamu tau siapa namamu. Tapi siapa kamu sebenarnya? Itu yang harus kamu kenal lebih dulu. Seiring berjalannya waktu, ada orang yang merasa ga nyaman dengan dirinya karena merasa hanya tau namanya tapi ga kenal dengan dirinya sendiri. Atau orang-orang yang ga nyaman menjadi dirinya karena suatu tekanan yang menjadikannya sebagai orang yang bukan dirinya sendiri.
Seperti perasaan ketika terbiasa berada di satu tempat, padahal kita sendiri tau tempat itu bukanlah tempat dimana kita seharusnya berada.
Pernah.
Itu jawaban saya untuk pertanyaan di awal tadi.
Pernah saya merasa begitu rindu pada diri saya sendiri. Sosok yang saya kenal, begitu juga dengan teman-teman lama. Saya yang menjadi apa adanya, yang ga menuntut suatu perubahan untuk jadi baik di depan si a atau langsung buang muka tiap berpapasan dengan si b. Dan pada suatu masa, ketika berjarak jauh dengan mereka, saya kehilangan diri saya sendiri. Sewaktu menyadarinya, saya tiba-tiba teringat akan celoteh salah satu guru yang seringkali bilang begini:
“Sebuah pertemanan itu ibarat berteman dengan penjual minyak wangi, dan dengan seorang pandai besi“.
Saya rasa, kita semua pernah berada di sini; pada posisi dimana berusaha menyesuaikan diri dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Sebuah hal yang ga tersadari; akan sebuah perasaan diterima yang kita inginkan. Saat itu, saya sudah terbiasa ada di tempat itu, namun saya sadar tempat itu bukanlah tempat saya. Ketika saya sadar telah kehilangan diri saya sendiri dan merindukannya, saya jadi menyadari makna dari kalimat yang diucapkan sang guru.
Kerinduan itu, bisa dirasakan oleh mereka yang sudah mengenal atau pun belum samasekali, dengan diri mereka. Untuk mereka yang pernah berada di bawah, merindukan bagaimana pahit manisnya perjalanan mereka hingga berhasil sampai ke posisi mereka saat ini. Atau untuk mereka yang masih pada posisi yang sama, namun sudah merindukan bagaimana rasanya sebuah kelegaan dari mengusap keringat perjuangan untuk sampai di posisi akhir.
Jadi bukan diri sendiri, itu ga nyaman, tau?
Rasanya seperti hidup secara tidak utuh.
Terkadang, terasa seperti di dalamnya terlalu kosong hingga harus dipenuhi dengan porsinya yang tepat.
Kadang juga terasa seperti dicekik lehernya lalu ditarik. Seperti mengenakan baju ketat dan tebal. Terkekang. Menyesakkan. Gerah.
Atau bahkan, hal yang lebih sering terjadi, adalah sewaktu kamu terpaksa atau bahkan memaksa diri untuk menjadi apa yang orang lain ingin lihat dari dirimu. Kamu terpaksa menunjukkannya, dengan tubuh gemetar dan keringat dingin bercucuran. Kamu terpaksa, padahal kamu tau kamu tidak seharusnya menuruti kata paksa itu. Sama halnya dengan kamu memaksa diri untuk melakukan hal yang tidak seharusnya kamu lakukan.
Semua itu hanya untuk menuruti sebuah kata paksa, dari mulut orang-orang. Padahal kamu gemetar ketakutan, kamu merasa risih dan benci hal itu. Hanya demi sebuah pengakuan dan penerimaan. Melakukan semuanya itu, bikin ga nyaman, kan? Samasekali.
Saya rasa, sepertinya kamu mungkin harus berhenti mikirin kenapa mereka selalu seperti itu ke kamu. Sebaliknya, tanya dirimu sendiri, kenapa kamu selalu membiarkan mereka seenaknya padamu. Bukan kah begitu yang seharusnya?
Karena mereka bilang mengutamakan diri sendiri itu egois. Well, mereka cuma bilang, tanpa tau bahwa itu adalah hal penting; yang perlu kita lakukan untuk diri sendiri.
Kenal diri sendiri itu emang ga segampang yang dikira siapapun. Jadi, semuanya berada di tangan kita sendiri, Gimana keputusan dan tindakan selanjutnya, cuma kita yang punya kendali akan hal itu.
Kamu, yang selama ini merasa ga nyaman jadi dirimu ataupun merasa belum menjadi dirimu sendiri, coba tanyakan; bagaimana caranya berkenalan dengan diri sendiri? Untuk merasa nyaman atas diri sendiri itu gimana? Semua jawaban ada dalam dirimu sendiri lho padahal. Memang, apa yang terbaik buat dirimu, pasti cuma kamu yang tau.
Jadi, jangan ragu dan beranilah!
Walau perjalanannya ga akan gampang, nantinya kamu akan berakhir merasakan kenyamanan menjadi dirimu sendiri. Dan hal itu ga salah samasekali :)
Jadilah sepenuhnya dirimu sendiri hingga orang lain juga merasa aman untuk menjadi diri mereka :)
p.s. : Intinya, saya cuma mau bilang ‘Kenali dirimu dan jadilah dirimu sendiri’, tapi malah melebar kesana kemari. Karena melihat kenyataan di hadapan, banyak dari mereka yang belum kenal diri sendiri tapi malah pengin jadi orang lain dan bikin diri sendiri jadi ga nyaman. Bahkan merasa ga puas dengan dirinya, padahal belum tau aja ada harta karun yang tertimbun jauh di dalam sana :)
“Apa kamu sudah kenal dengan dirimu sendiri?”
Sepertinya pertanyaan itu lebih cocok jadi pembuka di atas ya, heu
#LoveYourself #BeTrueToYou