Hai. Sudah Januari lagi, malah akan berakhir.
Kamu baik? Saya harap begitu. Karena
rasanya ‘baik’ adalah suatu keharusan, walau sedang tidak sekalipun.
Oh ya, bagaimana hari-harimu di
Januari? Saya yakin tidak semuanya berjalan sesuai keinginan. Katakanlah
seperti … berimbang. We’ve had a few good night and a couple of bad ones,
dan itu bukan masalah.
Hidup selalu berusaha mengajarkanmu sesuatu
yang tidak diajarkan di bangku sekolah. Percaya deh.
Lalu, apa yang sudah Januari berikan
padamu?
Ow, jadi kamu mau dengar bagian saya
dulu? Hmm …
Bagaimana jika saya awali dengan
sebuah kehilangan mendalam yang bukan hanya saya rasakan, tetapi untuk seluruh
anggota keluarga. Tidak masalah? Seperti yang saya katakan sebelumnya, nggak
selamanya 7 hari dalam seminggu berisi hal-hal baik dan menyenangkan, benar? Bad
things happen. Meninggalkan luka, kenangan, sebuah makna dan pesan, yang
kelak dijadikan pelajaran. Jangan khawatir, im okay now. Setidaknya,
selalu ada waktu untuk berproses.
Mari saya lanjutkan dengan sepenggal
kisah dua orang sahabat yang terpisah oleh jarak dan waktu. Saat mereka
bertemu, semua yang ada pada diri keduanya terasa tak lagi sama seperti dahulu.
Sahabat yang satu, katakanlah X, selalu teringat akan kenangan bersama sang
sahabat terutama tiap kali mereka berlarian di kebun dan memetik apel merah
segar.
Sang sahabat bertanya keheranan,
“Kenapa kenangan itu melulu sih yang teringat olehmu?!”
“Karena hanya dengan kenangan itu
aku dapat mengingat sesuatu yang tidak pernah berubah.” Begitu jawab X, cukup
sendu wajahnya.
People change,
tapi tidak dengan kenangannya. Bertemu dengan sahabatnya setelah sekian
lama, X merasa ada sesuatu yang berubah. X kehilangan dirinya, ia merasa
sengaja terus mengingat kenangan itu hanya untuk menyaksikan bahwa sahabatnya
masih di sana dan semuanya tetaplah sama. Ia belum sadar, bahwa dirinya belum
bisa menerima. Perubahan itu tidak selalu buruk, bukan? Andaikan X mengajak
sahabatnya mengulang kembali kenangan indah mereka, tentu sang sahabat akan
sangat senang. Ia hanya perlu mengingat bahwa sahabatnya masih orang yang sama,
walau soal berubah itu pastilah ada.
Sekarang, coba kulanjutkan kisahnya
dari sudut pandang sang sahabat, Y. Tanpa sepengetahuan X, jauh di tempatnya
berada, Y mengalami banyak hal yang terasa memahat dirinya menjadi seseorang
yang lebih baik dari sebelumnya. Tidak sama, tapi tetaplah dirinya. Setelah
bertemu dengan X pun ia melihat ada sesuatu yang berubah, dan itu bukan
masalah. Di matanya, X adalah sosok sahabat yang sama seperti bagaimana dulu ia
mengenalnya.
Klise. People change, yet
still the same.
Soal berubah, bisa jadi saya nggak
merasa tapi kamu merasa—tergantung dari sebelah mana melihatnya. Sudut pandang
kita berbeda, ingat?
Mungkin beberapa orang akan
melepaskan diri dari orang-orang yang dirasa sudah berbeda, terserah dari segi
obrolan, pemahaman atau lainnya. We don’t know why people do what they do. Setiap
orang melihat dari jendela masing-masing, setiap dari mereka punya alasannya
sendiri. Bahkan beberapa alasan kadang nggak masuk akal untuk dijadikan alasan.
Pernyataannya yang nggak boleh dipertanyakan, namun alasan kenapa, itu adalah
pilihan kita untuk mau tau atau nggak.
Semoga dari sepenggal kisah tadi
maknanya tersampaikan, ya.
Hidup itu layaknya sebuah garis. Ada
titik awal juga titik akhir. Tapi, kalau kamu membayangkan garis itu sebagai
sebuah lingkaran, hal baik dan buruk kerap terjadi, tiba-tiba saja rasanya
dunia ini seperti sebuah tempat yang kecil.
Rasanya cukup banyak yang belum
terdengar. Semoga waktu mempertemukan kamu dan saya di kesempatan yang tepat
ya, banyak hal yang menggebu minta diutarakan secepatnya, nih!
Jaga kesehatan. May okay will be
our always :)