Diskusi Biru

apa-apa untuk siapa saja, selalu dari sang Nona :)

23 Januari 2021

— Januari


Hai. Sudah Januari lagi, malah akan berakhir. 

 

Kamu baik? Saya harap begitu. Karena rasanya ‘baik’ adalah suatu keharusan, walau sedang tidak sekalipun.

Oh ya, bagaimana hari-harimu di Januari? Saya yakin tidak semuanya berjalan sesuai keinginan. Katakanlah seperti … berimbang. We’ve had a few good night and a couple of bad ones, dan itu bukan masalah.

Hidup selalu berusaha mengajarkanmu sesuatu yang tidak diajarkan di bangku sekolah. Percaya deh.

Lalu, apa yang sudah Januari berikan padamu?

 

Ow, jadi kamu mau dengar bagian saya dulu? Hmm …

Bagaimana jika saya awali dengan sebuah kehilangan mendalam yang bukan hanya saya rasakan, tetapi untuk seluruh anggota keluarga. Tidak masalah? Seperti yang saya katakan sebelumnya, nggak selamanya 7 hari dalam seminggu berisi hal-hal baik dan menyenangkan, benar? Bad things happen. Meninggalkan luka, kenangan, sebuah makna dan pesan, yang kelak dijadikan pelajaran. Jangan khawatir, im okay now. Setidaknya, selalu ada waktu untuk berproses.

Mari saya lanjutkan dengan sepenggal kisah dua orang sahabat yang terpisah oleh jarak dan waktu. Saat mereka bertemu, semua yang ada pada diri keduanya terasa tak lagi sama seperti dahulu. Sahabat yang satu, katakanlah X, selalu teringat akan kenangan bersama sang sahabat terutama tiap kali mereka berlarian di kebun dan memetik apel merah segar.

Sang sahabat bertanya keheranan, “Kenapa kenangan itu melulu sih yang teringat olehmu?!”

“Karena hanya dengan kenangan itu aku dapat mengingat sesuatu yang tidak pernah berubah.” Begitu jawab X, cukup sendu wajahnya.

People change,  tapi tidak dengan kenangannya. Bertemu dengan sahabatnya setelah sekian lama, X merasa ada sesuatu yang berubah. X kehilangan dirinya, ia merasa sengaja terus mengingat kenangan itu hanya untuk menyaksikan bahwa sahabatnya masih di sana dan semuanya tetaplah sama. Ia belum sadar, bahwa dirinya belum bisa menerima. Perubahan itu tidak selalu buruk, bukan? Andaikan X mengajak sahabatnya mengulang kembali kenangan indah mereka, tentu sang sahabat akan sangat senang. Ia hanya perlu mengingat bahwa sahabatnya masih orang yang sama, walau soal berubah itu pastilah ada.

Sekarang, coba kulanjutkan kisahnya dari sudut pandang sang sahabat, Y. Tanpa sepengetahuan X, jauh di tempatnya berada, Y mengalami banyak hal yang terasa memahat dirinya menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya. Tidak sama, tapi tetaplah dirinya. Setelah bertemu dengan X pun ia melihat ada sesuatu yang berubah, dan itu bukan masalah. Di matanya, X adalah sosok sahabat yang sama seperti bagaimana dulu ia mengenalnya.

Klise. People change, yet still the same.

Soal berubah, bisa jadi saya nggak merasa tapi kamu merasa—tergantung dari sebelah mana melihatnya. Sudut pandang kita berbeda, ingat?

Mungkin beberapa orang akan melepaskan diri dari orang-orang yang dirasa sudah berbeda, terserah dari segi obrolan, pemahaman atau lainnya. We don’t know why people do what they do. Setiap orang melihat dari jendela masing-masing, setiap dari mereka punya alasannya sendiri. Bahkan beberapa alasan kadang nggak masuk akal untuk dijadikan alasan. Pernyataannya yang nggak boleh dipertanyakan, namun alasan kenapa, itu adalah pilihan kita untuk mau tau atau nggak.

 

Semoga dari sepenggal kisah tadi maknanya tersampaikan, ya.

Hidup itu layaknya sebuah garis. Ada titik awal juga titik akhir. Tapi, kalau kamu membayangkan garis itu sebagai sebuah lingkaran, hal baik dan buruk kerap terjadi, tiba-tiba saja rasanya dunia ini seperti sebuah tempat yang kecil.

 

Rasanya cukup banyak yang belum terdengar. Semoga waktu mempertemukan kamu dan saya di kesempatan yang tepat ya, banyak hal yang menggebu minta diutarakan secepatnya, nih!

Jaga kesehatan. May okay will be our always :)