“Mau
lanjutkan, atau sudahi saja?”
Ketika
mulut melontarkan sebuah kalimat tanya setelah di perjalanan salah ambil
belokan dan berhadapan dengan jalan penuh bebatuan, tidak seharusnya untuk
berhenti di tengah-tengah. Tidak seharusnya menyerah kemudian paksa putar
balik. Sudah, begitu saja perjalanannya? Akan sia-sia perjalanan yang sudah
lama direncanakan-atau lebih tepatnya tidak terencana dengan matang.
Konyol. Tak perlu dijawab sebenarnya pertanyaan macam itu. Kamu hanya tidak mau
lewati jalan berbatunya, malas, bisa dibilang. Atau di sisi lain; terlalu takut
hadapi resiko setelahnya.
Tidak.
Sebuah perjalanan tidak seperti itu. Tidak akan semudah yang kamu inginkan atau
kira. Memang tak pernah ada yang semudah itu, bukan? Harus ada sebuah
kata pengorbanan yang terlontar.
Jika
hari-harimu hanya melewati jalanan lurus mulus tanpa belokan atau bebatuan,
memang mudah sampai tujuan, tapi bukan perjalanan namanya; membosankan.
Namun
jika kamu biasa melaju di atas jalan berlubang, berbatu, berlika-liku dan
naik-turun, setelahnya kamu akan lebih ingin terus-terusan untuk berada dalam
perjalanan seperti itu. Kemudian ketika hanya berada di jalanan lurus yang mulus,
pastinya kamu bingung dan merindukan tantangan dari bebatuan dan lika-likunya
perjalanan itu.
Jadi
maksudnya, mau lanjutkan atau disudahi pun, jalani saja dahulu. Nikmati tiap
detik yang berlalu. Sebuah perjalanan akan selalu berarti dan sampai pada
tujuan. Tersesat mungkin, agar kemudian kamu berusaha menemukan jalan kembali
ke tujuan asal.
Bagaimanapun,
yakinkan saja; pada akhirnya kamu akan tetap sampai ke tujuan.